Jakarta – Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah dan ampunan dari Allah SWT. Selama bulan Ramadhan, terdapat banyak amalan yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah SWT. Namun, ada satu amalan yang dianggap sebagai amalan terbaik di bulan Ramadhan, yaitu puasa. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Amalan terbaik umatku adalah puasa.” Hal ini menunjukkan betapa pentingnya amalan puasa dalam Islam dan betapa besar pahala yang bisa kita dapatkan dari amalan ini.
Puasa bukan hanya sekedar menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa selama sehari penuh. Puasa juga harus disertai dengan amalan yang baik, seperti membaca Al-Qur’an, shalat sunnah, berinfaq dan melakukan amal kebaikan lainnya. Dalam hadits riwayat Abu Daud, Rasulullah SAW bersabda, “Puasa dan sholat akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi para pelakunya.” Hal ini menunjukkan betapa besar keberkahan dan pahala yang bisa kita dapatkan dari amalan puasa.
Salah satu tujuan puasa yaitu agar kita bertakwa. Takwa mencakup segala kebaikan yang kita lakukan. Bulan suci Ramadan harus dijadikan momentum untuk terus meningkatkan kualitas diri, baik dalam hal ibadah, silaturahim, integritas, jujur dan berkarakter kuat. Semua ibadah dilipat gandakan pahalanya dan nilai ibadahnya tinggi untuk beraktivitas dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja yang baik. Karakter-karakter positif tersebut sangat dibutuhkan untuk membentuk soft skills disamping hard skillsnya. Sehingga selama berpuasa kurun waktu satu bulan, efektif untuk membentuk etos kerja seperti disiplin, bekerja keras, bertanggung-jawab, jujur, mandiri, serta peduli kepada sesama yang melahirkan kerjasama tim.
Selain itu, amalan terbaik lainnya yang bisa kita lakukan di bulan Ramadhan adalah berinfaq. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 261, Allah SWT berfirman:“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” Dalam ayat tersebut, Allah SWT menegaskan betapa besar keberkahan dan pahala yang bisa kita dapatkan dari berinfaq di jalan-Nya. Selain itu, selama bulan Ramadhan juga disunahkan untuk melakukan i’tikaf. I’tikaf adalah mengisolasi diri di dalam masjid untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa melakukan i’tikaf selama sepuluh hari di bulan Ramadhan, maka dia seperti orang yang melakukan ibadah di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” Hal ini menunjukkan betapa besar keberkahan dan pahala yang bisa kita dapatkan dari melakukan i’tikaf di bulan Ramadhan. Maka, mari kita manfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya untuk melakukan amalan terbaik di bulan Ramadhan, seperti puasa, berinfaq, dan melakukan i’tikaf. Semoga Allah SWT.
Etika tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Dalam kehidupan masyarakat yang sederhana sekalipun, selalu ada serangkaian nilai-nilai etika yang ditempatkan sebagai acuan untuk menentukan baik atau buruknya suatu perbuatan. Bila dihubungkan dengan profesionalisme lebih ditekankan pada soal etika profesi sebagai dasar moral. Hal ini penting untuk dibicarakan karena masyarakat dalam menjalankan segala hal di berbagai bidang cenderung dilakukan secara lebih professional. Kecenderungan kerja professional tersebut tentu perlu pula ditegakkan etika yang mendasari profesi ini.
Bulan Ramadhan dapat menjadi ujian awal untuk menguji seorang akuntan dalam bekerja dan merupakan sebuah amalan yang dianjurkan dalam Islam. Sebagai manusia harus pandai bersyukur dengan segala karunia kesehatan, kesejahteraan, dan kekuatan yang diberikan Allah SWT. Meskipun kita berpuasa sambil bekerja, kita harus selalu menjaga meningkatkan produktivitas kita agar dapat mencapai kesuksesan dalam dunia dan akhirat. Jika etos kerja meningkat selama Ramadhan, maka sudah bisa dipastikan secara alamiah bahwa produktivitas kerjanya juga terus meningkat pada bulan-bulan setelah Ramadhan.
Kehebohan atas perdebatan implementasi kode etik mungkin tidak akan pernah terjadi jika kedua belah pihak telah dikendalikan dan lebih peka untuk tidak mengambil langkah-langkah spekulatif sosial. Kesadaran bahwa kita adalah makhluk sosial yang menjadi bagian dari anggota masyarakat lainnya tentunya membuat kita lebih mawas diri. Untuk melakukan ini, kita harus melihat berbagai perilaku para pendahulu kita yang menjadi teladan dalam kehidupan mereka.
Semoga Ramadan kali ini benar-benar menjadikan diri kita sebagai pribadi yang Taqwa dan dapat mendidik kita untuk lebih meningkatkan etika, terutama dalam menjalankan profesi yang telah menjadi takdir pilihan hidup kita. Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.
Oleh: Shabrina Munthazah, Mahasiswi Akuntansi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta.