Jakarta – Imam Besar Masjid Istiglal menggelar penutupan rangkaian Hari Santri Nasional (HSN) maupun agenda ‘Istiqlal Santri Fest tahun 2023’.
Imam Besar Masjid Istiglal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA., mengatakan, perayaan tahun ini telah memunculkan semangat toleransi, kerukunan, dan keberagaman yang luar biasa.
“Selama beberapa hari terakhir, kita telah merasakan panasnya semangat dan semaraknya diskusi yang mempromosikan harmoni antaragama dalam rangkaian kegiatan Istiqlal Santri Fest (ISF) 2023,” ujarnya.
Ia menilai, rangkaian kegiatan mulai dari kegiatan Interfaith Youth Camp, Seminar Akuntansi Pesantren, Konferensi Internasional dan Kuliner Nusantara untuk tahun-tahun yang akan datang pihaknya akan terus menggelar agenda-agenda serupa dan akan dipertahankan bahkan tahun berikutnya kan ditingkatkan.
“Hari ini, kita berkumpul di bawah langit biru yang damai di Puncak Interfaith Walk dalam rangka penutupan megah Istiqlal Santri Fest 2023. Inilah puncak perayaan keberagaman, toleransi, dan dialog antaragama yang telah kita nikmati selama beberapa hari terakhir” ungkap Nasaruddin Umar.
Lanjutnya, Interfaith Walk adalah momen di mana semua bersama-sama merayakan semangat kerukunan di tengah perbedaan agama dan keyakinan.
“Ini adalah perjalanan kita bersama, dari berbagai latar belakang, untuk menunjukkan kepada dunia bahwa keberagaman adalah aset dan kekuatan kita sebagai bangsa,” tegasnya.
Istiqlal Santri Fest adalah perayaan keberagaman dan kesempatan untuk memperdalam pemahaman tentang perbedaan yang menjadikan kuat sebagai bangsa.
“Acara ini telah mempersatukan berbagai elemen masyarakat, dari pelajar hingga akademisi, dari pejabat pemerintah hingga masyarakat umum, dalam dialog yang bermakna,” ucap Imam Besar Masjid Istiqlal.
Rangkaian acara kita telah dimeriahkan oleh pemateri-pemateri luar biasa yang telah berbagi pengetahuan dan inspirasi dengan kita. Mereka telah membawa kita pada perjalanan pemahaman yang lebih dalam tentang perbedaan agama dan keyakinan, ungkapnya.
“Mari kita bawa semangat toleransi dan dialog antaragama ini pulang ke komunitas kita masing-masing. Biarkan pengalaman ini menjadi sumber inspirasi dan pijakan untuk kita terus memahami, menghormati, dan merayakan perbedaan di tengah kita,” tutup Nasaruddin Umar. (PMS20)