BWS Sumatera VII ‘Cuek’ Tangani DAM Sabo, Pemkab Lebong Pinjam Alat Berat Normalisasi

0
106

Lebong – Salah satu peninggalan jejak kejayaan almarhum Presiden ke-2 Republik Indonesia, Jenderal Besar Soeharto di Desa Bungin, Kecamatan Bingin Kuning, Kabupaten Lebong, Propinsi Bengkulu, yakni Set DAM I Sabo kembali menjadi perhatian.

Normalisasi dilakukan di Sungai Air Kotok tepatnya di kawasan Dam Sabo oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebong melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebong, dengan meminjam alat berat perusahaan yang tergabung dalam Forum Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan (TJSLP) atau forum CSR.

Proses normalisasi dipantau langsung Bupati Lebong, Kopli Ansori yang diwakilkan Wakil Bupati (Wabup) Lebong, Fahrurozi didampingi Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD, Frengki Irawan di lokasi pagi sekitar pukul 09.00 WIB. Senin, 29 Juli 2024.

Wabup Lebong, Fahrurozi menyebutkan, normalisasi sungai di lokasi Dam Sabo dilakukan karena kondisi sungai Air Kotok telah mengalami sedimentasi.

Dikhawatirkan jika hujan kembali mengguyur akan menggenangi pemukiman penduduk seperti yang terjadi beberapa waktu lalu.

“Sebenarnya jika kita berbicara ini kewenangan BWS. Tapi, kita lihat penumpukkan materialnya sudah banyak. Makanya kita segera tangani untuk menghindari bencana,” ujar Wabup.

BWS Sumatera VII’Cuek’ Tangani DAM Sabo, Pemkab Lebong Pinjam Alat Berat Normalisasi

Dia menambahkan, kondisi Dam Sabo yang jebol diperburuk material yang kian menumpuk ditanggapi serius oleh Bupati Lebong, Kopli Ansori. Sebab, dikhawatirkan berdampak pada program musim tanam kedua (MT2) Lebong.

“Ini yang kita kerjakan (antisipasi) sekarang. Lebong masuk daerah rawan banjir. Termasuk daerah Kecamatan Bingin Kuning. Jadi, kondisi ini ada yang bisa kita tangani, dan ada yang tidak. Kita mendapatkan informasi dari kecamatan bahwa Dam kembali Jebol, makanya kita suruh tim BPBD turun,” sebutnya.

Mengingat ini persoalan urgent, BPBD Lebong juga tengah menggagas pengajuan program usulan ke provinsi serta pusat untuk membangun talud secara permanen.

Hal ini bukan tanpa alasan. Sebab dengan potensi sungai yang kemudian akan meluap sehingga dampaknya akan sangat dirasakan oleh masyarakat.

Lahan perkebunan dan pertanian akan tergenang sehingga kerugian yang ditimbulkan juga akan semakin besar.

“Lah ini yang kita lakukan. Jangan sampai terjadi. Pihak balai sendiri sudah tahu. Kita sudah sampaikan, apalagi Dam Sabo ini sebagai tempat bendungan,” pungkasnya. (PMS20)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini