PKC PMII Bengkulu: Helmi-Mian Selamat Menderita 

0
195
Ahmad Fauzan, Sekretaris PKC PMII Bengkulu

Rejangtoday.com – Ada sebuah ungkapan dari Menteri Luar Negeri Republik Indonesia 1947-1949 H. Agus Salim, begini bunyi ungkapan tersebut: “Memimpin adalah menderita bukan menumpuk harta”

Keterbelakangan kehidupan masyarakat ini penuh derita dan tidak bersedia untuk mengulangi penderitaan itu. Enggan diperlakuan tidak adil, dimusuhi, ditipu pemimpinnya, dan lain sebagainya.

Untuk itu, pemimpin baru Bengkulu sejak disumpah jabatan hendaknya Helmi Hasan-Mian menata niat, ikhlas dan adil.

Helmi-Mian haruslah mampu menata totalitas kehidupannya. Hal pertama yang harus disiapkan adalah penataan niat agar selalu tepat di samping perlu adanya keterampilan, kesungguhan, kecerdasan dan kerja keras dalam mengelola potensi yang ada untuk mencapai kesuksesan memimpin dan hidup yang penuh prestasi.

Karenanya, setiap pekerjaan yang hendak Helmi-Mian lakukan haruslah didahului dengan niat dan nantinya akan memperoleh hasil pekerjaan sesuai dengan niatnya. Dengan kata lain bahwa kunci segala amal perbuatan adalah niatnya, meskipun niat itu ada di dalam hati seseorang, namun demikian niatan tersebut dapat dilihat dan akan terlihat dalam proses dan hasil pekerjaannya kelak memimpi Provinsi Bengkulu.

Hal ini dikarenakan niat merupakan ruh dari setiap amal perbuatan. Benih amal kebaikan ini kelak juga akan tumbuh menjadi ucapan-ucapan yang baik serta membuahkan perbuatan-perbuatan yang mulia lainnya.

Oleh sebab itulah, alangkah baiknya bagi Helmi-Mian untuk senantiasa bermuhasabah ketika hendak berbuat apa saja meninjau sebab akibat dari langkah yang hendak diambil. Niat “Bantu Rakyat” artinya siap menderita bukan bukan menumpuk harta.

Keikhlasan, menurut YMM. Ustadz Danish Luthfi keikhlasan ditandai dengan tiga hal yakni tidak tersanjung ketika dipuji, tidak marah ketika dikritik, dan tidak merajuk ketika kecewa.

Helmi-Mian hendaknya tidak tersanjung karena pujian, orang yang tidak konsisten dan tidak akan mampu menahan derita hidup, semangat hidupnya adalah pengakuan dari orang lain. Manusia yang marah karena kritikan adalah orang yang mengharapkan pengakuan manusia lainnya, disadari atau tidak manusia pasti tidak akan sama memandang diri dan perbuatan seseorang. Orang yang merajuk karena kekecewaan adalah orang yang tidak ikhlas menjalani proses kehidupan meminpinnya.

Memimpin Bengkulu berproseslah dalam penderitaan disertai keikhlasan supaya jiwa menjadi kuat, bahkan sanjungan dan pujian tidak akan dapat menodai batin orang ikhlas, karena pada hakikatnya sanjungan dan pujian hanya milik Tuhan, sedangkan manusia hanya bagian dari pancaran sanjungan itu yang memantul kembali kepada pemiliknya. Jika ikhlas tidak terkontrol maka jiwa manusia akan terlepas dari bingkai akhlak, oleh sebab itu ia akan mengabaikan kejernihan akal sehingga meluaplah amarahnya karena merasa dirinya paling benar.

Helmi-Mian hendaknya memimpin dengan  adil, mampu mengambil keputusan dan kebijakan berdasarkan porsi yang tepat. Mampu menerapkan kesetaraan dan kesempatan yang sama bagi semua kepentingan masyarakatnya. Setidaknya Helmi-Mian disini berfungsi menegakkan, meluruskan, dan memperbaiki segala kerusakan yang terjadi.

Berlaku adil juga termaktub dalam sila kedua dan kelima pancasila, orang yang adil berarti menginginkan semua orang memperoleh haknya. Tuhan memerintahkan manusia berbuat adil, bahkan Tuhan-pun mensifati diri-Nya dengan ‘adil’.

Tinggalkan perdebatan “Bumi Raflesia Vs Bumi Merah Putih” karena itu tak relevan sama sekali, bukan itu ingin masyarakat. Saatnya membangun, membuktikan visi besar “Bantu Rakyat” bukan menyengsarakan rakyat.

Oleh: Ahmad Fauzan, Sekretaris PKC PMII Bengkulu.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini