Benteng – Tim Pengabdi dari Program Studi Ilmu Tanah Universitas Bengkulu (Unib) memperkenalkan papaya Calina atau yang lebih populer disebut California kepada masyarakat Desa Srikuncoro.
Kegiatan dimulai dari memperkenalkan apa itu pepaya Calina, keunggulan dan manfaatnya, kandungan gizinya, proses pembudidayaan dan peluang usaha dalam pengembangan pepaya Calina. Kegiatan ini dilakukan oleh tiga orang tim pengabdi, yaitu Prof. Dr. Ir. Riwandi, M.S., Ir. Hasanudin, M.P., dan Anandyawati, S.P., M.Si.
Dalam penyampaian materi Prof. Dr. Ir. Riwandi, M.S., menjelaskan bahwa, ada Dua jenis pepaya yang sebenarnya sama namun dianggap berbeda adalah pepaya calina dan california.
“Keduanya adalah buah yang sama, tetapi sebutan pepaya california umumnya lebih populer dibanding calina. Padahal penggunaan istilah california hanya digunakan untuk meningkatkan nama jual agar lebih terlihat mentereng. Pepaya asli Indonesia ini memilki daging buah yang tebal dan rasa yang manis,” ujarnya. Sabtu, 08 Agustus 2023.
Ia juga menegaskan, keunggulan lain dari pepaya calina adalah awet dan tidak mudah busuk sehingga aman disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama. Dipasaran, pepaya calina memiliki nilai ekonomis tinggi dan sangat diminati oleh masyarakat.
Informasi tambahan juga disampaikan bahwa varietas Calina ditemukan oleh ahli rekayasa genetika bernama Prof. Dr. Ir Sriani Sujiprihatin MS dari Institut Pertanian Bogot. Buah pepaya in ditemukan oleh Sriani beserta tim peneliti lainnya dirumah warga bernama Okrin. Selanjutnya dilakukan penelitian selama 7 tahun hingga menghasilkan varietas pepaya baru yang diberi nama pepaya calina.
Pada kesempatan itu, Ibu Eny peserta kegiatan pengabdian pada masyarakat menanyakan bagaimana cara mengetahui papaya itu adalah papaya Calina. Hasanudin, anggota Tim Pengabdi menjawab, pepaya Calina memiliki bentuk yang unik, jika bagian dalam buah dibelah akan terlihat bentuk seperti bintang pada rongga dalam batangnya. Calina memiliki daging buah tebal, rasa yang manis dan tidak mudah busuk.
“Meski secara fisik, warna, ukuran dan bentuk buah tidak jauh berbeda dengan pepaya lainnya. Namun pohon pepaya calina tinggi batangnya lebih pendek dan mempunyai masa panen lebih cepat dibanding varietas pepaya lain,” tambah Hasanudin.
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Riwandi, M.S., mengatakan, tujuan kegiatan ini selain menginformasikan mengenai pepaya Calina, harapan kami masyarakat juga mau membudidayakan tanaman ini dipekarangan rumah masing-masing.
“Budidaya Calina bisa dilakukan di pekarangan rumah, karena budidaya dan perawatannya tergolong mudah untuk dilakukan. Khusus untuk pepaya calina, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian menyarankan agar ditanam di dataran rendah dengan tinggi 300 hingga 1000 mdpl, curah hujan 1.000 sampai 2.000 mm per tahun, suhu antara 22 hingga 26 derajat Celcius, kelembaban 40% dan daerah tidak berangin terlalu kencang. Sedangkan tanah yang cocok adalah jenis humus dan mampu menahan air dengan pH netral antara 6-7,” singkat Prof. Dr. Ir. Riwandi, M.S.
Pepaya calina juga bisa menjadi sumber pemenuhan gizi keluarga karena kandungan utama buah pepaya adalah Vitamin A dan Vitamin C. Pepaya baisanya dimakan sebagai pencuci mulut sekaligus hidangan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan gizi dari buah-buahan. Selain buahnya, akar pepaya juga bisa dimanfaatkan untuk menyembuhkan gangguan ginjal dan kandung kemih. (PMS20).