Jakarta – Pada dasarnya, perdebatan ideologis tentang agama dan negara di Indonesia dianggap telah selesai dan final sejak penetapan asas tunggal. Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A menawarkan penjelasan dan analisis tentang dinamika diskursus Islam dan negara pasca asas tunggal yang kesemuanya memang mengarahkan pembaca untuk menerima Pancasila sebagai ideologi negara yang final.
Secara spesifik, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A mengulas tentang bentuk-bentuk yang dapat dijadikan narasi penting terkait nasionalisme indonesia serta relasi khusus agama dan negara, baik di masa lalu, maupun di masa akan datang. Untuk melengkapi isu Islam dan negara, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A menafsirkan Bhinneka Tunggal Ika dan pancasila secara detail.
Selain itu, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A memberikan catatan penting bagi model-model Islam transnasional yang sampai di Indonesia.
Pada momen syukuran Milad 65 Tahun Launching dan Bedah Buku Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A salah satu buku yang dilaunching berjudul Nasionalisme Indonesia.
Narasumber yang dihadirkan untuk membedah karya tersebut adalah Prof. Dr. Irfan Idris, M.A (Direktur Pencegahan BNPT RI). Narasumber lainnya yaitu Prof. Dr. Ir. K.H. Mohammad Nuh, DEA (Komisaris Utama Bank Mega Syariah); Romo Agustinus Heri Wibowo (Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan antara Agama dan Kepercayaan KWI).
Irfan Idris pada forum yang dihadiri Tokoh-Tokoh nasional seperti Wakil Presiden RI Ke-10 dan Ke-12 Jusuf Kalla; Menteri PANRB Abdullah Azwar Anas; Ketua Dewan Perwakilan Daerah Periode 2017-2019 Oesman Sapta Odang Dt. Bandaro Sutan Nan Kayo; Menteri Pendidikan Nasional Periode 2009 – 2014 Mohammad Nuh; Menteri Agama Periode 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin; Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono; serta segenap para tamu undangan. Menyampaikan ulasan mendalam terkait buku Nasionalisme Indonesia karya Nasaruddin Umar.
“Buku Nasionalisme Indonesia karya Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A menegasakan bahwa kapasitas beliau bukan hanya seorang Ulama dan Umara. Tapi jika kita menyelami pemikiran-pemikirannya, beliau sekaligus Negarawan sejati”, ungkap Irfan Idris. Minggu, 23 Juni 2024.
Menurut Nasaruddin Umar bahwa Indonesia merupakan bagian masyarakat dunia yang tidak akan bisamenghindari kontak dan komunikasi dengan penduduk dunia lainnya. Karenanya, Indonesia sangat potensial menjadi target utama ideologi dunia.
Ada fenomena deindonesianisasi pemahaman ajaran agama di dalam masyarakat dengan isu pemurnian agama. Namun yang dimaksud pemurnian agama itu lebih kepada penafsiran teks ajaran agama berdasarkan tradisi lokal tempat turunnya, seperti Arabisasi, Iranisasi, Pakistanisasi, pemahaman agama, terang Nasaruddin Umar.
“Indonesia memiliki hak budaya (cultural right) untuk menafsirkan teks ajaran agama”, tegas Nasaruddin Umar.
Demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia kita juga bisa memformulasikan penafsiran ajaran dalam bentuk “Islam Nusantara” seperti yang digagas ulama NU atau “Fik ih Kebhinekaan” seperti yang digagas ilmuan Muhammadiyah, menurutnya.
Perlu meneladani sikap dan kearifan the founding fathers bangsa Indonesia, dalam mengakomodir pluralitas dan merumuskan dasar-dasar dan ideologi berbangsa dan bernegara, tanpa menunggalkan prinsp-prinsip Islam sebagai agama mayorita yang dianut di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Perlunya undang-undang kerukunan antar umat beragama atau apapun namanya, yang intinya untuk mengayomi seluruh komunitas bangsa Indonesia tanpa membedakan kelompok mayoritas dan minoritas”, tutup Nasaruddin Umar.
Tema kegiatan tersebut “Merayakan Soliditas Kemanusiaan dan Kebangsaan”. Kegiatan dilaksanakan Ahad, 23 Juni 2024 di Hotel Borobudur dan live YouTube Nasaruddin Umar Office, 19:00 WIB-Selesai. Rangkaian kegiatan terdiri dari syukuran Milad 65 Tahun launching dan bedah buku. (PMS20)