Rejangtoday.com – Salah satu implikasi penggunaan internet untuk sarana dakwah juga berkenaan dengan kecenderungan dari para pengguna media internet, khususnya pengguna media sosial, dalam mengakses sejumlah konten dakwah.
Implikasi penting dalam hal ini muncul bagi sebagian besar masyarakat muslim kontemporer di Indonesia, yakni dengan memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran Islam (Fakhruroji, 2019). Tren yang muncul adalah internet mampu menjadi sumber rujukan atas pengetahuan keagamaan yang ingin diperoleh bagi sejumlah penggunanya (Arifin, 2019).
Penggunaan fasilitas dan media online sebagai sarana berdakwah dapat dikatakan sebagai pengembangan dalam strategi lama guna memobilisasi khalayak secara lebih cepat. Penggunaan internet ini juga bertujuan untuk memperluas audiensi global sehingga dinilai lebih efektif (Siegel, 2019) untuk menggerakkan massa, khususnya para khalayak muslim yang mengakses konten-konten dakwah melalui internet, tak terkecuali Youtube.
Menurut (Campbell & Lövheim, 2011) menyatakan bahwa praktik keagamaan online sebenarnya tidak dapat berdiri sendiri tanpa praktik offline sehingga, masing-masing akan saling mempengaruhi.
Transformasi e-dakwah multidimensi NU perlu mempertimbangkan konten dakwah. Konten dakwah multidimensi NU adalah wujud dakwah kontekstual, materi dakwah mampu menjawab permasalahan dan pertanyaan-pertanyaan jam’iyah NU.
Materi dakwah adalah pesan-pesan dakwah Islam atau segala sesuatu yang harus disampaikan oleh subjek kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam yang ada terdapat dalam kitabullah maupun sunah Rasulullah (Anshari, 1993). Pesan dakwah yang disampaikan bertujuan agar mad’u memenuhi atau mengikuti ajakan dari dakwah tersebut (Anggraini, 2019).
Konten dakwah NU masih didominasi soal aqidah, syariat dan akhlak atau pengajian kitab kuning dengan menggunakan media sosial. Belum pada pendalaman konten dakwah yang lebih spesifik seperti Ahlul Sunnah Wal Jama’ah An Nahdliyyah (Aswaja An Nahdliyyah) dari berbagai perspektif. Misalnya ekonomi, teknik, sosial, pertanian, dan ilmu pengetahuan eksakta lainnya perspektif Aswaja An Nahdliyyah.
Diantara ilmu pengetahuan eksakta, konten e-dakwah ekonomi perspektif Aswaja An Nahdliyyah merupakan sesuatu yang perlu diintensifkan oleh NU selain konten globalisasi dan konten pemikiran Islam.
Konten globalisasi dan pemikiran Islam sudah menjadi fokus NU, baik melalui e-dakwah maupun kerjasama berbagai pihak baik nasional maupun internasional untuk mengiring globalisasi dan pemikiran Islam transnasional menjadi Islam moderat atau Islam Nusantara.
Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) bekerja sama dengan Lembaga Profesi Ekonomi dan Keuangan Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (LPEK PB PMII) pernah melakukan Webinar Internasional yang disiarkan secara live TV NU dengan tema “Integrasi Ahlussunnah Wal Jama’ah An-Nahdliyah dalam Kode Etik Akuntan”.
Konten seperti ini menurut penulis perlu dikembangkan dalam dakwah NU. Konten ini untuk menyasar jam’iyah NU di kalangan pengusaha dan dunia profesional. Sehingga dakwah NU tidak hanya hadir untuk membimbing manusia menuju akhirat, akan tetapi bimbingan kepada manusia saat hidup di dunia tidak kalah pentingnya.
Semangat Nahdlatul Tujjar (NT) harus diwujudkan dalam bentuk praktik, tidak hanya menjadi sejarah perjalanan NU. Sehingga, NT perlu di refresh dan dihidupkan kembali. Hal tersebut bukan tanpa alasan, jika membaca beberapa buku hasil muktamar NU dari masa-ke masa, perekonomian NU selalu menjadi program prioritas setiap kepengurusan, namun belum menunjukkan hasil yang rill di setiap era kepengurusan.
Pada titik inilah, konten ekonomi dalam dakwah NU menurut penulis sangat penting. Selain menjadi pemantik dan stimulan dalam menghidupkan kembali NT, juga sebagai magnet bagi jam’iyah NU yang berprofesi di bidang ekonomi.
Eksistensi NU sebagai organisasi kemasyarakatan dan keagamaan telah diakui oleh dunia internasional, terbukti oleh kunjungan berbagai negara ke Kantor PB NU. Tapi perekonomian warga NU masih menjadi pekerjaan rumah disetiap kepengurusan yang belum menemui titik solusi yang rill.
Oleh: Muhammad Aras Prabowo, S.E., M.Ak. Kaprodi Akuntansi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia, Direktur Lembaga Profesi Akonomi dan Keuangan PB PMII, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Akuntansi UNTIRTA